Senin, 19 Desember 2016

“BIJAKLAH DALAM BER-MEDSOS”


Pengantar
Berbicara mengenai komunikasi dewasa ini kita tidak dapat mengabaikan berbagai perkembangan sarana komunikasi yang mengagumkan.[1] Perkembangan teknologi komunikasi itu terjadi dalam segi-segi kehidupan, ditandai dengan merebaknya berbagai media komunikasi sosial seperti: televisi, radio, surat kabar, majalah dan internet. Kekuatan besar yang ditunjukkan oleh teknologi komunikasi ini mendorong dunia untuk semakin mengglobal. Alat-alat komunikasi modern telah membuat kehidupan manusia secara nyata berproses menjadi masyarakat informasi (information society). Media komunikasi menyediakan hubungan (link) baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat yang lebih luas dalam tingkat yang bervariasi. Jarak antarmanusia pun semakin teratasi.
Di lain pihak, sarana seperti itu tentu saja membawa dua dampak yang kontradiktif yakni positif dan negatif. Selain berguna, media komunikasi juga dapat merusak kehidupan manusia. Di dalam media komunikasi dua unsur yakni positif dan negatif saling mengadu kekuatan. Selain menawarkan manfaat, media komunikasi sosial juga menyajikan berbagai tantangan. Maka sudah seharusnya umat Kristen mampu membedakan peluang dan tantangan penggunaan media bagi kehidupannya,[2] tanpa mengabaikan kaidah atau etika penggunaan media ini.

Realitas Penggunaan Media Sosial
Di sekitar kita terjadi banyak permasalahan mengenai penggunaan media komunikasi sosial ini. Ada banyak penyalahgunaan media komunikasi sosial yang bertentangan dengan cara yang dianjurkan oleh Gereja untuk menyikapinya. Misalnya, banyak bentuk pornografi dan kekerasan yang ditampilkan secara vulgar dalam media-media tersebut. Dewasa ini muncul berbagai macam situs dalam internet yang dengan terbuka memusuhi agama dan etnis. Beberapa di antaranya menyerang iman Katolik. Sebaliknya, semakin maraknya situs-situs “bermerek” Kristen yang jika ditelusuri, mengajarkan iman yang tidak berdasar.[3] Informasi bermerek Kristen tersebut juga biasa beredar lewat pesan yang dikirim melalui Short Message Service (SMS), email, atau Blackberry Message (BBM) antar handphone, serta berbagai media sosial lainnya. Tidak jarang pula banyak tayangan di televisi dan majalah yang mengumbar kekerasan dan pornografi yang tidak layak ditonton dan dibaca oleh khalayak ramai, terutama anak-anak.
Dalam beberapa bulan terakhir terjadi berbagai peristiwa yang menyejarah dalam dunia politik dan agama di Indonesia. Dimulai dengan kasus penistaan agama melalui perkataan yang dituduhkan kepada gubernur sekaligus calon gubernur Jakarta untuk periode selanjutnya yakni Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Tuduhan ini kemudian berdampak pada aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan dalam beberapa tahap oleh orang-orang yang merasa tersinggung dengan ucapan Ahok tersebut. Kita tak dapat menyangkal bahwa pers dan media komunikasi internet memainkan peran penting, baik sebagai penyalur informasi maupun sebagai penyebar isu hoax dan media perdebatan di antara pihak-pihak pro dan kontra. Dalam media sosial kita dapat dengan gampang menemukan berbagai perdebatan yang kemudian berujung pada penggunaan ungkapan dan kata-kata kasar yang bersifat menyerang pihak lain. Hal seperti ini ujung-ujungnya menimbulkan kebencian dan memecah ke-bhineka-an di negara kita.
Pada beberapa kesempatan, presiden RI Bpk. Joko Widodo menyampaikan kekecewaannya terhadap perilaku masyarakat Indonesia yang menggunakan media sosial dengan kurang bijak. Kekecewaan itu semakin besar ketika melihat bahwa masyarakat Indonesia sudah terpecah-pecah di dunia maya, tidak ada lagi persatuan dan kesatuan, semangat Pancasila terlupakan. Hal ini ditandai dengan banyaknya provokasi, bahkan dengan kata “bunuh” dan “bantai” yang banyak dilontarkan.[4] Sebab itu, beliau mengharapkan agar masyarakat Indonesia berlaku bijak; tidak menyesatkan, tidak saling menghujat, dan menggunakan media sosial sebagai sarana penyebaran ajaran-ajaran agama yang benar.

Inspirasi Kristiani
Gereja telah sejak dahulu menyadari fakta-fakta negatif yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan media-media komunikasi ini, selain mengakui manfaat positifnya. Sejak Konsili Vatikan II, Gereja telah mengajak warga dunia untuk menggunakan media-media tersebut dengan bijak, terutama menggunakannya untuk mewartakan kebaikan dan iman yang benar. Tahun 1971, Communio et Progressio menyebutkan “media modern menawarkan cara baru menghadapi orang dengan pesan Injil”. Paus Paulus VI mengatakan, Gereja “akan merasa bersalah di hadapan Tuhan jika gagal untuk menggunakan media untuk evangelisasi.”[5]
Menjelang abad 20, menyadari tantangan media komunikasi yang semakin besar, Paus Yohanes Paulus II menyebut media sebagai “Areopagus[6] pertama dari zaman modern”, dan menyatakan bahwa “tidaklah cukup untuk menggunakan media hanya untuk menyebarkan pesan Kristiani dan ajaran otentik Gereja. Pesan-pesan Kristiani itu juga perlu diintegrasikan ke dalam “budaya baru” yang diciptakan oleh komunikasi modern.”[7] Gereja sangat peduli akan pentingya komunikasi, sehingga setiap tahun Paus selalu menyampaikan pesannya pada Hari Komunikasi Sedunia. Dalam pesan Komunikasi pada tahun 2016 ini, Bapa Suci kembali menekankan perhatian Gereja tersebut, terutama dalam penggunaan internet: “Internet dapat membantu kita untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Akses ke jaringan digital membawa sebuah tanggung jawab atas sesama kita yang tidak kita lihat namun benar-benar nyata, dan yang memiliki martabat yang mesti dihormati. Internet dapat digunakan secara bijak untuk membangun sebuah masyarakat yang sehat dan terbuka untuk berbagi.”

Kontekstualisasi Iman
Umat Katolik wajib mengembangkan iman serta kesadaran akan panggilannya dalam dunia. Orang beriman dipanggil menjadi partner Allah mewartakan Kerajaan-Nya, bukan hanya dengan menyelipkan pesan-pesan Kristiani lewat media, tetapi juga dengan memberi kesaksian hidup yang baik, terutama dalam penggunaan media. Orang beriman dapat mewartakan imannya melalui sikap bermedia yang sopan, menghormati pribadi lain, dan mengutamakan etika.
Tugas seorang beriman ialah menjadi terang dan garam di tengah dunia. Tugas ini dapat dilakukan dengan cukup efektif melalui media komunikasi sosial. Ia tidak perlu takut menggunakan media sosial. Melalui pemahaman yang baik akan nilai dan manfaatnya, ia dapat menambah wawasan iman melalui diskusi dan sharing dengan umat beriman lain, mencari kebenaran akan ajaran iman dengan mencari informasi dari sumber yang otoritatif, meneruskan sabda Tuhan dalam Kitab Suci serta turut memberi kesadaran dan membentuk opini publik yang benar. Akhirnya, dengan iman yang mantap dan teladan pada Yesus Kristus, umat beriman diyakini dapat setia menjalankan tugasnya sebagai partner Allah dalam mengkomunikasikan diri Allah kepada dunia. Bijaklah ber-medsos dan jadilah agen komunikasi diri Allah.

Maaf sangat singkat, hehe
Terima kasih.



[1]Dokumen Apostolicam Actuositatem art. 6.
[2]Pontifical Council For Social Communications, The Church and Internet, (Vatican, 2002).
[3]Ibid.

[4] Lih. Kompas, 13 November 2016, Jokowi Sesalkan Banyak Tulisan "Bunuh" dan "Bantai" di Media Sosial.

[5] Evangelii Nuntiandi no 45.
[6]Areios Pagos (Yunani), adalah suatu tempat di atas bukit dekat kota Athena yang digunakan oleh dewan pemerintahan Yunani kuno untuk mengadakan rapat atau pertemuan guna menyusun kebijakan, membicarakan masalah yang terjadi, dan mengambil keputusan. Tempat ini juga biasa disebut Rock of Ares, atau Mars Hill. Lih. Mc-Graw-Hill Staff, “Areopagus,” New Catholic Encyclopedia, A to Azt, (Washington DC: The Catholic University of America, 1976), Vols. 1, hal. 776.
[7] Redemptoris Missio no. 37.