Pengantar
Berbicara
mengenai komunikasi dewasa ini kita tidak dapat mengabaikan berbagai
perkembangan sarana komunikasi yang mengagumkan.[1]
Perkembangan teknologi komunikasi itu terjadi dalam segi-segi kehidupan,
ditandai dengan merebaknya berbagai media komunikasi sosial seperti: televisi,
radio, surat kabar, majalah dan internet. Kekuatan besar yang ditunjukkan oleh
teknologi komunikasi ini mendorong dunia untuk semakin mengglobal. Alat-alat
komunikasi modern telah membuat kehidupan manusia secara nyata berproses
menjadi masyarakat informasi (information
society). Media
komunikasi menyediakan hubungan (link) baik langsung maupun tidak langsung
kepada masyarakat yang lebih luas dalam tingkat yang bervariasi. Jarak
antarmanusia pun semakin teratasi.
Di lain pihak, sarana seperti itu
tentu saja membawa dua dampak yang kontradiktif yakni positif dan negatif.
Selain berguna, media komunikasi juga dapat merusak kehidupan manusia. Di dalam media
komunikasi dua unsur yakni positif dan negatif saling mengadu kekuatan. Selain
menawarkan manfaat, media komunikasi sosial juga menyajikan berbagai tantangan.
Maka sudah seharusnya umat Kristen mampu membedakan peluang dan tantangan
penggunaan media bagi kehidupannya,[2]
tanpa mengabaikan kaidah atau etika penggunaan media ini.
Realitas
Penggunaan Media Sosial
Di sekitar kita terjadi banyak
permasalahan mengenai penggunaan media komunikasi sosial ini. Ada banyak
penyalahgunaan media komunikasi sosial yang bertentangan dengan cara yang
dianjurkan oleh Gereja untuk menyikapinya. Misalnya, banyak bentuk pornografi
dan kekerasan yang ditampilkan secara vulgar dalam media-media tersebut. Dewasa
ini muncul berbagai macam situs dalam internet yang dengan terbuka memusuhi
agama dan etnis. Beberapa di antaranya menyerang iman Katolik. Sebaliknya,
semakin maraknya situs-situs “bermerek” Kristen yang jika ditelusuri,
mengajarkan iman yang tidak berdasar.[3] Informasi bermerek Kristen
tersebut juga biasa beredar lewat pesan yang dikirim melalui Short Message
Service (SMS), email, atau Blackberry Message (BBM)
antar handphone, serta berbagai media sosial lainnya. Tidak jarang pula
banyak tayangan di televisi dan majalah yang mengumbar kekerasan dan pornografi
yang tidak layak ditonton dan dibaca oleh khalayak ramai, terutama anak-anak.
Dalam beberapa bulan terakhir
terjadi berbagai peristiwa yang menyejarah dalam dunia politik dan agama di
Indonesia. Dimulai dengan kasus penistaan agama melalui perkataan yang
dituduhkan kepada gubernur sekaligus calon gubernur Jakarta untuk periode
selanjutnya yakni Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Tuduhan ini kemudian
berdampak pada aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan dalam beberapa
tahap oleh orang-orang yang merasa tersinggung dengan ucapan Ahok tersebut.
Kita tak dapat menyangkal bahwa pers dan media komunikasi internet memainkan peran
penting, baik sebagai penyalur informasi maupun sebagai penyebar isu hoax dan
media perdebatan di antara pihak-pihak pro dan kontra. Dalam media sosial kita
dapat dengan gampang menemukan berbagai perdebatan yang kemudian berujung pada
penggunaan ungkapan dan kata-kata kasar yang bersifat menyerang pihak lain. Hal
seperti ini ujung-ujungnya menimbulkan kebencian dan memecah ke-bhineka-an di
negara kita.
Pada beberapa kesempatan,
presiden RI Bpk. Joko Widodo menyampaikan kekecewaannya terhadap perilaku masyarakat
Indonesia yang menggunakan media sosial dengan kurang bijak. Kekecewaan itu
semakin besar ketika melihat bahwa masyarakat Indonesia sudah terpecah-pecah di
dunia maya, tidak ada lagi persatuan dan kesatuan, semangat Pancasila
terlupakan. Hal ini ditandai dengan banyaknya provokasi, bahkan dengan kata
“bunuh” dan “bantai” yang banyak dilontarkan.[4]
Sebab itu, beliau mengharapkan agar masyarakat Indonesia berlaku bijak; tidak
menyesatkan, tidak saling menghujat, dan menggunakan media sosial sebagai sarana
penyebaran ajaran-ajaran agama yang benar.
Inspirasi
Kristiani
Gereja
telah sejak dahulu menyadari fakta-fakta negatif yang dapat ditimbulkan oleh
penggunaan media-media komunikasi ini, selain mengakui manfaat positifnya.
Sejak Konsili Vatikan II, Gereja telah mengajak warga dunia untuk menggunakan
media-media tersebut dengan bijak, terutama menggunakannya untuk mewartakan
kebaikan dan iman yang benar. Tahun 1971, Communio et
Progressio
menyebutkan “media modern menawarkan cara baru menghadapi orang dengan pesan
Injil”. Paus Paulus VI mengatakan,
Gereja “akan merasa bersalah di hadapan Tuhan jika gagal untuk menggunakan
media untuk evangelisasi.”[5]
Menjelang
abad 20, menyadari tantangan media komunikasi yang semakin besar, Paus Yohanes Paulus
II
menyebut media sebagai “Areopagus[6]
pertama dari zaman modern”, dan menyatakan bahwa “tidaklah cukup untuk
menggunakan media hanya untuk menyebarkan pesan Kristiani dan ajaran otentik
Gereja. Pesan-pesan Kristiani itu juga perlu diintegrasikan ke dalam “budaya
baru” yang diciptakan oleh komunikasi modern.”[7]
Gereja sangat peduli akan pentingya komunikasi, sehingga setiap tahun Paus
selalu menyampaikan pesannya pada Hari Komunikasi Sedunia. Dalam pesan
Komunikasi pada tahun 2016 ini, Bapa Suci kembali menekankan perhatian Gereja
tersebut, terutama dalam penggunaan internet: “Internet dapat membantu kita
untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Akses ke jaringan digital membawa
sebuah tanggung jawab atas sesama kita yang tidak kita lihat namun benar-benar
nyata, dan yang memiliki martabat yang mesti dihormati. Internet dapat
digunakan secara bijak untuk membangun sebuah masyarakat yang sehat dan terbuka
untuk berbagi.”
Kontekstualisasi
Iman
Umat
Katolik wajib mengembangkan iman serta kesadaran akan panggilannya dalam dunia.
Orang beriman dipanggil menjadi partner Allah mewartakan Kerajaan-Nya, bukan
hanya dengan menyelipkan pesan-pesan Kristiani lewat media, tetapi juga dengan
memberi kesaksian hidup yang baik, terutama dalam penggunaan media. Orang
beriman dapat mewartakan imannya melalui sikap bermedia yang sopan, menghormati
pribadi lain, dan mengutamakan etika.
Tugas
seorang beriman ialah menjadi terang dan garam di tengah dunia. Tugas ini dapat
dilakukan dengan cukup efektif melalui media komunikasi sosial. Ia tidak perlu
takut menggunakan media sosial. Melalui pemahaman yang baik akan nilai dan
manfaatnya, ia dapat menambah wawasan iman melalui diskusi dan sharing dengan
umat beriman lain, mencari kebenaran akan ajaran iman dengan mencari informasi
dari sumber yang otoritatif, meneruskan sabda Tuhan dalam Kitab Suci serta
turut memberi kesadaran dan membentuk opini publik yang benar. Akhirnya, dengan
iman yang mantap dan teladan pada Yesus Kristus, umat beriman diyakini dapat
setia menjalankan tugasnya sebagai partner Allah dalam mengkomunikasikan diri
Allah kepada dunia. Bijaklah ber-medsos dan jadilah agen komunikasi diri Allah.
Maaf sangat singkat, hehe
Terima kasih.
[1]Dokumen Apostolicam Actuositatem art. 6.
[2]Pontifical Council For Social
Communications, The Church and Internet, (Vatican,
2002).
[3]Ibid.
[4] Lih. Kompas, 13 November 2016, Jokowi Sesalkan Banyak Tulisan "Bunuh" dan "Bantai" di Media Sosial.
[5] Evangelii Nuntiandi no 45.
[6]Areios
Pagos (Yunani),
adalah suatu tempat di atas bukit dekat kota Athena yang digunakan oleh dewan
pemerintahan Yunani kuno untuk mengadakan rapat atau pertemuan guna menyusun
kebijakan, membicarakan masalah yang terjadi, dan mengambil keputusan. Tempat
ini juga biasa disebut Rock of Ares, atau
Mars Hill. Lih. Mc-Graw-Hill Staff,
“Areopagus,” New Catholic Encyclopedia, A
to Azt, (Washington DC: The Catholic University of America, 1976), Vols. 1,
hal. 776.
[7] Redemptoris Missio no. 37.